Senin, 09 Juni 2014

Cerpen

“kebahagiaan di bawah hujan”

Hari ini,,adalah hari dimana jam pelajaran di sekolah lebih sedikit dari biasanya, hari terakhir dalam satu minggunya.Orang normal menyebutnya hari sabtu, sementara anak anak sekolah menyebutnya “hari kesenangan”. Tapi bagi Occha gadis penggemar moccachino,hari sabtu itu tak ada bedanya dengan hari lainnya. Karna ia tetap pulang sore hari, kehidupan sekolahnya dipenuhi dengan berbagai macam ekskul.
***
Occha sedang berjalan dengan santai di trotoar saat awan-awan cumolonimbus tiba-tiba mengepungnya.  Ah… cuaca cepat sekali berubah, dan Occha tidak membawa apapun yang bisa melindungi tubuhnya dari air hujan. Dan yang lebih parahnya lagi,tanpa ampun hujan yang begitu deras mengguyur tubuhnya dan tas sekolah Occha.
 ‘Berteduh!’
Adalah hal pertama yang ada semua kepala orang normal ,,dan Occha adalah orang normal-, jadi sebelum buku-buku pelajaran dalam tasnya juga ikut basah, ia segera berteduh di pohon beringin pinggir jalan.
“huff… dingin sekali” ucapnya bergidig sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Occha mengambil sebuah handphone di saku roknya, dan dengan cepat mengetik sebuah pesan singkat:
Send to: Rhino <3 (0857********)
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
Sementara itu kulit di bagian lengannya mulai terasa gatal. Occha mulai menggarukinya perlahan.
“sial…!!!!” Occha alergi udara dingin.

***
Hari ini Rhino tidak bersekolah. Alasannya? Sakit, ia merasa sedikit mual dan kepalanya pusing. Ini… sudah jam 4 sore, seharusnya Occha sudah ada di kamarnya sejak setengah jam yang lalu, mau menjenguk Rhino katanya.
“bukannya dia janji akan datang jam setengah empat? Hhh! Dasar gadis pembohong!!” Guman Rhino sambil merapatkan selimutnya.
“atau dia lupa? atau.. dia terlalu sibuk? hhh! dasar sok sibuk! atau…” belum sempat ia melanjutkan ocehannya. Rhino melihat gulungan awan hitam di langit lewat jendela kamarnya, dan seketika hujan turun dengan derasnya.
‘PING!’ Handphone yang ia letakan di meja samping ranjangnya berbunyi. 1 pesan baru dari Occha.
From: Occha <3 (0857********)
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
“Occha? Kehujanan?!” ucap Rhino dengan suara nyaring.
Entah dari mana Rhino mendapatkan kekuatan, secepat kilat Rhino berlari. Dengan sembarang ia menggambil sebuah jaket yang ada di gantungan baju di belakang pintu kamarnya lalu menuju ruang tengah dan mengambil sebuah payung. Ia memakai sandal yang pertama ia lihat di depan pintu rumah –“sandal jepit bututnya”-, berlari dan menghilang di ujung gang  pergi ke tempat dimana –“ia merasa”- Occha berada.
***
Occha  mengetuk-ngetuk ujung sepatunya.
“lama sekali hujannya…” ini sudah jam empat lewat, Rhino pasti sedang kesal menunggunya.
“hh~ sekarang dia pasti sedang selimutan sambil mengocehkan hal-hal buruk tentangku”. Nada suaranya kesal, tapi mulutnya tersenyum membayangkan bagaimana Rhino sedang mengoceh sendirian.
Tapi, pikirannya segera terhapus setelah melihat seorang laki-laki muncul di ujung jalan sambil berlari-lari –“Rhino”-. Ia memakai T-shirt biru belel, celana trenning abu-abu, dan sandal jepit butut. Tangan kirinya memegang jaket, sementara tangan kanannya memegang sebuah payung  yang masih ditutup.
Occha segera menghampiri Rhino. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, Rhino berhenti tepat di hadapan Occha, dengan terburu buru memakaikan jaket dan memayungi tubuh Occha.
“Kamu nngak apahh..hh… apa kan? Alerginyahh…hhh.. belum parah kan?”
Occha memandang laki-laki di hadapanya itu dengan takjub. Dan…
            ‘TUK!’ sebuah jitakan mendarat tepat di kepala Rhino, diiringi dengan suara kesakitan dari Rhino dan senyum yang tersungging di bibir Occha.
Occha kesal sekaligus senang. Coba saja kalian pikir, bagaimana bisa Rhino seperti ini?! Laki-laki di hadapannya ini sedang sakit, kepalanya pusing dan perutnya mual. Tapi saat ini ia malah berada di hadapannya, dengan bibir pucat dan nafas ngos-ngosan bertanya tentang alerginya. Tapi… Rhino melakukannya hanya demi Occha, hanya karena Rhino khawatir dengan alerginya, hanya untuk membawakan payung dan jaket agar Occha tidak kehujanan dan kedinginan.
“apa sih?! kenapa malah menjitak ku?!”keluh Rhino.
Alih alih menjawab pertanyaan Rhino, Occha malah tersenyum sambil mengarahkan payung itu kepada Rhino. Jadi, kini giliran tubuh Occha yang tidak terpayungi.
“Dasar bodoh… padahal dari tadi kau membawa jaket, dirimu sendiri malah memakai T-shirt tipis seperti itu. Padahal kau membawa payung! kenapa tidak dipakai?”celoteh Occha seraya tersenyum tipis pada Rhino.
Rhino menggaruk kepalanya. ‘Benar juga, kenapa aku tidak memakai payungnya ya…’ pikirnya.
“Ta… tapi kan aku membawa jaket dan payung ini untukmu tau!” ujar Rhino memberi pembelaan.
“Tetap saja!, harusnya kau juga pake jaket dan pakai payung dulu! Kau itu sedang sakit… sekarang malah kehujanan begini. Gimana kalau tambah parah?”kata kata Occha semakin sulit untuk direm.
“Tapi kan kau juga sedang alergi!”
“Kau harusnya mementingkan dirimu sendiri tau!”
Hah… memang percuma saja pembelaan Rhino, laki-laki… akan selalu kalah dalam hal mengomel. Sudahlah.
“Oke, Maaf” Ujar Rhino pasrah akhirnya.
Saat itu juga, dengan tiba-tiba Occha memeluk tubuh Rhino.
“Terimakasih… Terimakasih..” Bisiknya, tapi Rhino masih bisa mendengarnya dengan jelas.
“Kau, tidak boleh seperti ini lagi! Membuatku khawatir tau!” Ucap Occha sambil perlahan-lahan melepas pelukannya.
Rhino? Masih terlalu gembira dengan kejadian barusan.‘aku mendapatkan sebuah pelukan dari Occha? Occha memelukku? Oh Tuhan Occha memelukku!!!’ ujar hatinya gegap gempita. Walaupun nyatanya, di luar, Rhino berusaha keras menyembunyikan kebahagiaanya. Karena… kalau tidak seperti ini, Rhino mungkin sudah tertawa dan melompat-lompat seperti orang gila.
“Sama-sama” ucapnya sambil berusaha tersenyum sekeren dan semanis mungkin, lalu dibalas senyum yang lebih manis dari Occha. Untuk beberapa detik, adegan itu terus berlanjut.
“Ayo pulang. Biar adil… kita pakai payung ini berdua” Ujar Rhino memecah suasana.
“Baiklah..”jawab Occha seraya tersenyum.
Tepat beberapa langkah dari tempat mereka berdiri, perlahan-lahan hujan menyusut menjadi gerimis, lalu berhenti. Mereka kompak mendongakan kepalanya ke langit, saling pandang dan terkekeh.
“lagi pula sebenarnya… kalau pun hujan, percuma saja kita pakai payung..” ucap Rhino sambil terkekeh.
Rhino menutup payungnya, lalu memegannya dengan tangan sebelah kiri. Karna sekarang… tangan sebelah kanannya ia gunakan utuk menggenggam tangan Occha. Mereka pulang bersama dengan kehangatan suasana yang mereka ciptakan saat ini. Rhino mengantar Occha ke rumahnya, untungnya jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.
Soal sakit Rhino? Alergi Occha? Lupakan! Karena mereka sendiri sudah lupa. Terlalu sibuk dengan rasa bahagia di hati mereka.
***
Keesokan harinya… keadaan Rhino memburuk, sampai tidak sangup berdiri dari ranjangnya. Sementara Occha… langsung dibawa oleh ibunya ke dokter spesialis kulit karena alerginya yang terus bertambah banyak dan memerah. Dan sepertinya hari senin nanti, bangku mereka akan kosong sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hetalia: Axis Powers - Taiwan