“kebahagiaan di bawah hujan”
Hari ini,,adalah
hari dimana jam pelajaran di sekolah lebih sedikit dari biasanya, hari terakhir
dalam satu minggunya.Orang normal menyebutnya hari sabtu, sementara anak anak
sekolah menyebutnya “hari kesenangan”. Tapi bagi Occha gadis penggemar
moccachino,hari sabtu itu tak ada bedanya dengan hari lainnya. Karna ia tetap
pulang sore hari, kehidupan sekolahnya dipenuhi dengan berbagai macam ekskul.
***
Occha sedang
berjalan dengan santai di trotoar saat awan-awan cumolonimbus tiba-tiba
mengepungnya. Ah… cuaca cepat sekali
berubah, dan Occha tidak membawa apapun yang bisa melindungi tubuhnya dari air
hujan. Dan yang lebih parahnya lagi,tanpa ampun hujan yang begitu deras
mengguyur tubuhnya dan tas sekolah Occha.
‘Berteduh!’
Adalah hal pertama yang ada semua
kepala orang normal ,,dan Occha adalah orang normal-, jadi sebelum buku-buku
pelajaran dalam tasnya juga ikut basah, ia segera berteduh di pohon beringin
pinggir jalan.
“huff… dingin
sekali” ucapnya bergidig sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Occha mengambil sebuah handphone di
saku roknya, dan dengan cepat mengetik sebuah pesan singkat:
Send to: Rhino <3
(0857********)
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
Sementara itu kulit di bagian
lengannya mulai terasa gatal. Occha mulai menggarukinya perlahan.
“sial…!!!!” Occha
alergi udara dingin.
Hari ini Rhino
tidak bersekolah. Alasannya? Sakit, ia merasa sedikit mual dan kepalanya
pusing. Ini… sudah jam 4 sore, seharusnya Occha sudah ada di kamarnya sejak
setengah jam yang lalu, mau menjenguk Rhino katanya.
“bukannya dia janji
akan datang jam setengah empat? Hhh! Dasar gadis pembohong!!” Guman Rhino
sambil merapatkan selimutnya.
“atau dia lupa?
atau.. dia terlalu sibuk? hhh! dasar sok sibuk! atau…” belum sempat ia
melanjutkan ocehannya. Rhino melihat gulungan awan hitam di langit lewat
jendela kamarnya, dan seketika hujan turun dengan derasnya.
‘PING!’ Handphone
yang ia letakan di meja samping ranjangnya berbunyi. 1 pesan baru dari Occha.
From: Occha <3
(0857********)
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
“Aku kehujanan. Tapi akan ku usahakan untuk tidak semakin telat.”
“Occha?
Kehujanan?!” ucap Rhino dengan suara nyaring.
Entah dari mana
Rhino mendapatkan kekuatan, secepat kilat Rhino berlari. Dengan sembarang ia
menggambil sebuah jaket yang ada di gantungan baju di belakang pintu kamarnya
lalu menuju ruang tengah dan mengambil sebuah payung. Ia memakai sandal yang
pertama ia lihat di depan pintu rumah –“sandal jepit bututnya”-, berlari dan
menghilang di ujung gang pergi ke tempat
dimana –“ia merasa”- Occha berada.
***
Occha mengetuk-ngetuk ujung sepatunya.
“lama sekali
hujannya…” ini sudah jam empat lewat, Rhino pasti sedang kesal menunggunya.
“hh~ sekarang dia
pasti sedang selimutan sambil mengocehkan hal-hal buruk tentangku”. Nada
suaranya kesal, tapi mulutnya tersenyum membayangkan bagaimana Rhino sedang
mengoceh sendirian.
Tapi, pikirannya
segera terhapus setelah melihat seorang laki-laki muncul di ujung jalan sambil
berlari-lari –“Rhino”-. Ia memakai T-shirt biru belel, celana trenning abu-abu,
dan sandal jepit butut. Tangan kirinya memegang jaket, sementara tangan kanannya
memegang sebuah payung yang masih
ditutup.
Occha segera
menghampiri Rhino. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, Rhino berhenti tepat di
hadapan Occha, dengan terburu buru memakaikan jaket dan memayungi tubuh Occha.
“Kamu nngak
apahh..hh… apa kan? Alerginyahh…hhh.. belum parah kan?”
Occha memandang laki-laki di hadapanya itu dengan takjub. Dan…
‘TUK!’ sebuah jitakan mendarat tepat di kepala Rhino, diiringi dengan suara kesakitan dari Rhino dan senyum yang tersungging di bibir Occha.
Occha memandang laki-laki di hadapanya itu dengan takjub. Dan…
‘TUK!’ sebuah jitakan mendarat tepat di kepala Rhino, diiringi dengan suara kesakitan dari Rhino dan senyum yang tersungging di bibir Occha.
Occha kesal
sekaligus senang. Coba saja kalian pikir, bagaimana bisa Rhino seperti ini?!
Laki-laki di hadapannya ini sedang sakit, kepalanya pusing dan perutnya mual.
Tapi saat ini ia malah berada di hadapannya, dengan bibir pucat dan nafas
ngos-ngosan bertanya tentang alerginya. Tapi… Rhino melakukannya hanya demi
Occha, hanya karena Rhino khawatir dengan alerginya, hanya untuk membawakan
payung dan jaket agar Occha tidak kehujanan dan kedinginan.
“apa sih?! kenapa
malah menjitak ku?!”keluh Rhino.
Alih alih menjawab
pertanyaan Rhino, Occha malah tersenyum sambil mengarahkan payung itu kepada Rhino.
Jadi, kini giliran tubuh Occha yang tidak terpayungi.
“Dasar bodoh…
padahal dari tadi kau membawa jaket, dirimu sendiri malah memakai T-shirt tipis
seperti itu. Padahal kau membawa payung! kenapa tidak dipakai?”celoteh Occha
seraya tersenyum tipis pada Rhino.
Rhino menggaruk kepalanya. ‘Benar
juga, kenapa aku tidak memakai payungnya ya…’ pikirnya.
“Ta… tapi kan aku
membawa jaket dan payung ini untukmu tau!” ujar Rhino memberi pembelaan.
“Tetap saja!,
harusnya kau juga pake jaket dan pakai payung dulu! Kau itu sedang sakit…
sekarang malah kehujanan begini. Gimana kalau tambah parah?”kata kata Occha
semakin sulit untuk direm.
“Tapi kan kau juga
sedang alergi!”
“Kau harusnya
mementingkan dirimu sendiri tau!”
Hah… memang percuma saja pembelaan Rhino,
laki-laki… akan selalu kalah dalam hal mengomel. Sudahlah.
“Oke, Maaf” Ujar Rhino
pasrah akhirnya.
Saat itu juga, dengan tiba-tiba
Occha memeluk tubuh Rhino.
“Terimakasih…
Terimakasih..” Bisiknya, tapi Rhino masih bisa mendengarnya dengan jelas.
“Kau, tidak boleh
seperti ini lagi! Membuatku khawatir tau!” Ucap Occha sambil perlahan-lahan
melepas pelukannya.
Rhino? Masih
terlalu gembira dengan kejadian barusan.‘aku mendapatkan sebuah pelukan dari
Occha? Occha memelukku? Oh Tuhan Occha memelukku!!!’ ujar hatinya gegap gempita.
Walaupun nyatanya, di luar, Rhino berusaha keras menyembunyikan kebahagiaanya.
Karena… kalau tidak seperti ini, Rhino mungkin sudah tertawa dan
melompat-lompat seperti orang gila.
“Sama-sama” ucapnya
sambil berusaha tersenyum sekeren dan semanis mungkin, lalu dibalas senyum yang
lebih manis dari Occha. Untuk beberapa detik, adegan itu terus berlanjut.
“Ayo pulang. Biar
adil… kita pakai payung ini berdua” Ujar Rhino memecah suasana.
“Baiklah..”jawab
Occha seraya tersenyum.
Tepat beberapa
langkah dari tempat mereka berdiri, perlahan-lahan hujan menyusut menjadi
gerimis, lalu berhenti. Mereka kompak mendongakan kepalanya ke langit, saling
pandang dan terkekeh.
“lagi pula
sebenarnya… kalau pun hujan, percuma saja kita pakai payung..” ucap Rhino
sambil terkekeh.
Rhino menutup payungnya,
lalu memegannya dengan tangan sebelah kiri. Karna sekarang… tangan sebelah
kanannya ia gunakan utuk menggenggam tangan Occha. Mereka pulang bersama dengan
kehangatan suasana yang mereka ciptakan saat ini. Rhino mengantar Occha ke
rumahnya, untungnya jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.
Soal sakit Rhino?
Alergi Occha? Lupakan! Karena mereka sendiri sudah lupa. Terlalu sibuk dengan
rasa bahagia di hati mereka.
***
Keesokan harinya…
keadaan Rhino memburuk, sampai tidak sangup berdiri dari ranjangnya. Sementara
Occha… langsung dibawa oleh ibunya ke dokter spesialis kulit karena alerginya
yang terus bertambah banyak dan memerah. Dan sepertinya hari senin nanti,
bangku mereka akan kosong sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar